Astana, Kazakhstan/Istanbul (ANTARA) - Masyarakat lokal dan aktivis lingkungan di Kazakhstan menyuarakan keprihatinan atas penurunan permukaan air Laut Kaspia yang mengkhawatirkan dan meningkatnya polusi, Senin.
Mereka menghubungkan krisis tersebut dengan perubahan iklim, pembangunan bendungan di sepanjang Sungai Volga, ekstraksi energi regional, dan lalu lintas laut yang padat.
Para ahli melaporkan bahwa level permukaan air Laut Kaspoa telah turun secara signifikan selama dekade terakhir, yang menyebabkan penurunan tajam keanekaragaman hayati.
Berbicara kepada Anadolu, pendiri Gerakan Ekologi Selamatkan Laut Kaspia, Vadim Ni, mengatakan bahwa laut tersebut semakin tidak bernyawa akibat pendangkalan, polusi, dan hilangnya spesies ikan.
"Sebagian besar -- sekitar 80 persen -- Laut Kaspia dialiri oleh Sungai Volga. Akibat menurunnya curah hujan, perubahan iklim dan pembangunan bendungan di sepanjang Sungai Volga, air yang mencapai Laut Kaspia tidak mencukupi. Inilah alasan utama di balik surutnya muka air laut," jelas Ni.
Dia mencatat bahwa Laut Kaspia dulunya terkenal dengan ikan sturgeonnya, hidangan lezat yang kini telah menjadi langka.
"Anjing Laut Kaspia juga sekarat," kata Ni.
"Sekitar 2.000 anjing laut mati ditemukan di pantai Kazakhstan tiga tahun lalu, dan 2.500 lainnya terdampar di sisi Rusia. Burung-burung juga terdampak dengan cara yang sama," ujarnya.
Penyusutan dan polusi Laut Kaspia telah sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari penduduk Aktau, sebuah kota pelabuhan Kazakhstan di pesisir timur laut tersebut.
Nurziya Satimova, seorang penduduk lokal dan ibu dari dua anak, mengatakan bahwa Laut Kaspia telah menyusut secara nyata selama dekade terakhir.
"Ketika saya masih kecil, kami biasa berenang di sini, yang sekarang tidak ada airnya. Garis pantai telah bergeser ratusan meter ke belakang," katanya.
Semakin buruknya kondisi Laut Kaspia tidak hanya membuat khawatir para aktivis lingkungan dan penduduk setempat, tetapi juga menarik perhatian pemerintah Kazakhstan.
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, dalam pidatonya baru-baru ini di Sidang Umum PBB ke-80, memperingatkan bahwa penyusutan cepat Laut Kaspia bukan lagi masalah regional, melainkan alarm lingkungan global.
Krisis itu diperkirakan akan menjadi agenda utama KTT Iklim Regional PBB, yang dijadwalkan berlangsung di Astana April mendatang.
Dengan luas sekitar 370 ribu kilometer persegi, Laut Kaspia berbatasan dengan Kazakhstan, Azerbaijan, Rusia, Turkmenistan, dan Iran, serta diakui sebagai perairan tertutup terbesar di dunia.
Dikenal secara internasional sebagai "lautan energi" karena cadangan minyaknya yang melimpah, Laut Kaspia kini menarik perhatian karena alasan yang sangat berbeda -- perairannya yang menyusut.
Para ahli memperkirakan bahwa permukaan air laut telah turun hampir dua meter selama 20 tahun terakhir, menimbulkan kekhawatiran serius bagi Kazakhstan, yang memiliki garis pantai terpanjang di Laut Kaspia.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Pemantau iklim UE sebut September jadi bulan terpanas ketiga di dunia
Baca juga: Laut Selandia Baru menghangat 34 persen lebih cepat dari laju global
Penerjemah: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.