Lantas, apa saja film Indonesia terbaik peraih penghargaan bergengsi yang wajib ditonton setidaknya sekali seumur hidup. Diambil berdasarkan jalan cerita, sinematografi, dan pesan yang tak lekang oleh waktu. Serta setiap film di daftar ini memang memenangkan penghargaan nasional maupun internasional.
1. Laskar Pelangi (2008)
Film Riri Riza ini mengangkat kisah nyata perjuangan anak-anak Belitung menuntut ilmu. Ceritanya yang menginspirasi membuat Laskar Pelangi menjadi salah satu film Indonesia paling laris sepanjang masa. Mendapat penghargaan sebagai Pemenang Best Film di Festival Film Indonesia 2009 dan Pemenang Best Movie di Indonesian Movie Awards 2009.
2. Pengabdi Setan (2017)
Film horor lokal yang go internasional ini sukses besar, menembus pasar internasional dan bahkan dibuat sekuelnya yaitu Pengabdi Setan 2: Communion. Atmosfer klasiknya membuat film horor Indonesia ini jadi paling berpengaruh. Dengan penghargaan yang telah diraih yaitu Pemenang Best Picture di Festival Film Indonesia 2017 dan Pemenang Best Director (Joko Anwar) di Maya Awards 2017.
3. Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2021)
Film karya sutradara Edwin ini berhasil menorehkan sejarah dengan kemenangan di festival film internasional bergengsi, Locarno Film Festival 2021 dalam nominasi Golden Leopard. Ceritanya yang liar, penuh simbol, dan khas Indonesia juga membuatnya menjadi Best Film di Festival Film Indonesia 2022.
4. Before, Now & Then (Nana) (2022)
Film karya Kamila Andini ini dipuji karena keindahan visual dan kedalaman emosinya yang lembut dan artistik. Berlatar masa pasca-konflik, kisah Nana menggambarkan kekuatan perempuan di tengah luka sejarah. Film ini berhasil menorehkan prestasi Silver Bear di Berlinale 2022 (Aktris Pendukung Terbaik: Laura Basuki) hingga Pemenang Best Director di Festival Film Indonesia 2022.
5. Kucumbu Tubuh Indahku (2018)
Film karya Garin Nugroho ini mengandung cerita puitis, eksperimental, dan berani. Tema identitas dan tubuh menjadikannya salah satu film Indonesia paling berpengaruh di kancah global. Film ini berhasil memenangkan Best Picture di Festival Film Indonesia 2019 dan Best Film di Asian Academy Creative Awards 2019 (Regional Winner).
6. Sokola Rimba (2013)
Film yang diangkat dari kisah nyata Butet Manurung yang mengajar anak-anak Suku Anak Dalam. Pesannya kuat dan mengharukan, mengingatkan bahwa pendidikan adalah hak semua anak. Film ini mendapat Best Picture Nominee di FFI 2014 dan Humanitarian Award di ASEAN International Film Festival.
7. Sang Penari (2011)
Adaptasi dari novel Ahmad Tohari ini menampilkan drama tragis di tengah ketegangan politik Indonesia tahun 1960-an. Visualnya yang indah dan ceritanya menyayat hati menjadikannya Best Picture di Festival Film Indonesia 2011 dan Best Director – Ifa Isfansyah.
8. Autobiography (2022)
Film ini menggambarkan relasi antara penguasa dan rakyat kecil dalam bingkai psikologis. Kritiknya tajam dan disampaikan dengan sinematografi luar biasa. Dengan penghargaan yang diraihnya, FIPRESCI Award di Venice Film Festival 2022 dan Best Film di Festival Film Indonesia 2023.
9. A Copy of My Mind (2015)
Film karya Joko Anwar ini menampilkan kisah cinta dua orang kelas pekerja di Jakarta. Gaya dokumenternya membuat film ini terasa realistis dan emosional. Best Director di Festival Film Indonesia 2015 dan Best Asian Future Film di Tokyo International Film Festival pun berhasil disabetnya.
10. Ziarah (2016)
Film ini mengikuti perjalanan seorang nenek mencari makam suaminya yang hilang sejak perang. Ceritanya sederhana tapi sangat menyentuh ini berhasil mendapat Best Screenplay di ASEAN International Film Festival 2017 dan Special Jury Award di Asia Pacific Screen Awards.
11. Perempuan Tanah Jahanam (2019)
Joko Anwar tak pernah tenggelam dan selalu memukau lewat horor psikologis dengan cerita berlapis. Film ini membawa genre horor Indonesia naik kelas secara global. Horor dengan sarat sosial ini berhasil menyaber Best Director & Best Cinematography di FFI 2020 dan Official Selection di Sundance Film Festival.
12. 27 Steps of May (2018)
Film ini bercerita tentang trauma seorang perempuan korban kekerasan Mei 1998. Ceritanya lembut namun kuat, mengangkat isu sosial dengan penuh empati. Berhasil membawa Raihaanun sebagai Best Actress di FFI 2019 dan Best Film di ASEAN International Film Festival 2019.