Liputan6.com, Jakarta - Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dan tujuh pemain naturalisasi Timnas Malaysia resmi dijatuhi sanksi oleh FIFA pada 26 September 2025. Sanksi ini diberikan setelah FIFA menemukan pelanggaran serius terhadap Pasal 22 Kode Disipliner FIFA, yang berkaitan dengan pemalsuan dan manipulasi dokumen kelayakan pemain.
Sebagai konsekuensi, FAM diwajibkan membayar denda sebesar 350.000 franc Swiss atau sekitar Rp7,3 miliar, sementara ketujuh pemain naturalisasi tersebut dilarang berpartisipasi dalam semua aktivitas sepak bola selama 12 bulan dan masing-masing didenda 2.000 franc Swiss. Pelanggaran ini terungkap setelah pertandingan Kualifikasi Piala Asia 2027 pada 10 Juni 2025, di mana Malaysia berhasil mengalahkan Vietnam dengan skor 4-0.
Keputusan FIFA ini sontak memicu berbagai reaksi dan spekulasi, termasuk tuduhan adanya intervensi dari pihak eksternal. Selain itu, terdapat potensi besar perubahan pada hasil pertandingan melawan Vietnam, yang bisa memberikan keuntungan signifikan bagi tim lawan.
Berita Video, Erick Thohir beberkan jadwal FIFA Matchday Timnas Indonesia selanjutnya dalam konferensi pers pada Jumat (23/6/2023)
Detail Sanksi FIFA dan Pemain yang Terlibat
FIFA secara tegas menyatakan bahwa FAM telah melanggar Pasal 22 Kode Disipliner FIFA, yang mengatur tentang pemalsuan dokumen. Pelanggaran ini terkait dengan kelayakan tujuh pemain naturalisasi yang digunakan dalam pertandingan penting Kualifikasi Piala Asia 2027.
Denda yang dijatuhkan kepada FAM mencapai 350.000 franc Swiss, yang merupakan jumlah substansial bagi federasi sepak bola. Sementara itu, ketujuh pemain yang terlibat tidak hanya dilarang bermain selama satu tahun, tetapi juga masing-masing harus membayar denda sebesar 2.000 franc Swiss.
Pemain-pemain yang terkena sanksi FIFA Sanksi Malaysia ini adalah Gabriel Felipe Arrocha (alias Gabriel Palmero), Facundo Tomás Garcés, Rodrigo Julián Holgado, Imanol Javier Machuca, João Vitor Brandão Figueiredo, Jon Irazábal Iraurgui, dan Hector Alejandro Hevel Serrano. Mereka berasal dari berbagai negara seperti Argentina, Spanyol, dan Brasil.
Sanksi ini juga berpotensi mengubah hasil pertandingan Malaysia melawan Vietnam dari kemenangan 4-0 menjadi kekalahan 0-3. FIFA telah menyerahkan masalah kelayakan pemain ini kepada Tribunal Sepak Bola untuk keputusan akhir. FAM sendiri telah menyatakan akan mengajukan banding, bersikeras bahwa proses naturalisasi pemain mereka sah dan dilakukan dengan itikad baik serta transparansi penuh.
Spekulasi Keterlibatan Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF)
Beberapa media China, termasuk 163 dan QQ, secara terbuka mengklaim bahwa Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF) adalah pihak yang mengajukan protes kepada FIFA. Gugatan tersebut diduga terkait penggunaan pemain naturalisasi ilegal oleh timnas Malaysia, menyusul kekalahan telak 0-4 dari Malaysia pada 10 Juni lalu.
Salah satu laporan media China menyebutkan, "Setelah pertandingan, Asosiasi Sepak Bola Vietnam mengajukan protes mengenai dugaan penggunaan pemain naturalisasi secara ilegal oleh tim Malaysia dalam pertandingan tersebut." Laporan lain menambahkan, "Setelah pertandingan, federasi Malaysia dilaporkan, dan diyakini itu dilakukan pihak Vietnam."
Klaim ini mengindikasikan bahwa penyelidikan FIFA yang kemudian menemukan adanya dokumen palsu, mungkin dipicu oleh laporan dari VFF. Hal ini menambah kompleksitas dan ketegangan dalam hubungan sepak bola antara kedua negara.
Reaksi Tunku Ismail dan Isu Konflik Kepentingan
Tunku Ismail Sultan Ibrahim, Putra Mahkota Johor dan tokoh penting dalam program naturalisasi Harimau Malaya, secara terbuka mempertanyakan keputusan FIFA. Ia mengisyaratkan adanya pihak eksternal yang mungkin memengaruhi keputusan sanksi FIFA Sanksi Malaysia tersebut, dengan pertanyaan retoris, "Was there an external party involved in influencing Fifa's decision?"
Awalnya, Tunku Ismail sempat menuding Indonesia terlibat dalam sanksi ini, namun kemudian mengarahkan tuduhannya kepada Vietnam. Ia menyoroti keberadaan Nguyen Thi My Dung, seorang pengacara Vietnam yang menjabat sebagai anggota Komite Disipliner FIFA, sebagai potensi konflik kepentingan.
Meskipun Nguyen Thi My Dung adalah anggota Komite Disipliner FIFA untuk periode 2021-2025, FIFA telah menegaskan bahwa proses ajudikasi akan berjalan tanpa melibatkan anggota komite yang berpotensi memiliki konflik kepentingan. Ini sesuai dengan Pasal 35 dan 36 Kode Disipliner FIFA yang mewajibkan anggota komite untuk menarik diri dari kasus yang melibatkan negara asal mereka atau lawan langsungnya.
Dampak Sanksi pada Kualifikasi Piala Asia 2027
Insiden sanksi FIFA Sanksi Malaysia ini bermula dari pertandingan Kualifikasi Piala Asia 2027 yang berlangsung pada 10 Juni 2025. Dalam laga tersebut, Malaysia berhasil meraih kemenangan telak 4-0 atas Vietnam, sebuah hasil yang signifikan dalam perebutan tiket kualifikasi.
Kekalahan dengan skor besar tersebut secara langsung memperkecil peluang timnas Vietnam untuk melaju ke putaran final Piala Asia 2027. Posisi mereka di grup menjadi kurang menguntungkan setelah hasil tersebut.
Oleh karena itu, jika keputusan FIFA berujung pada perubahan hasil pertandingan menjadi kekalahan 0-3 untuk Malaysia, Vietnam ...