Bandung (ANTARA) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat menyebutkan macan tutul yang lepas dari kandang karantina di Lembang Park and Zoo, Kabupaten Bandung Barat, diduga mengarah menuju kawasan hutan Gunung Tangkuban Parahu.
Kepala BBKSDA Jawa Barat, Agus Arianto, mengatakan dugaan tersebut didasarkan pada temuan jejak satwa yang ditemukan tim pencari di lapangan.
“Kenapa kita prediksi ke situ, jejak terakhirnya memang mengarah ke sana (Gunung Tangkuban Parahu),” kata Agus di Bandung, Rabu.
Menurut Agus, sejak awal pihaknya sudah memperkirakan macan tutul tersebut akan memilih bergerak ke arah hutan terdekat karena sifat alaminya yang menghindari manusia dan keramaian.
Baca juga: Peneliti: Pemindahan macan tutul harus sesuai protokol IUCN
“Kita juga sudah prediksi, mungkin kalau ini kan sifatnya menghindari manusia dan keramaian. Makanya kita perkirakan arahnya menuju wilayah yang aman dan nyaman,” ujarnya.
Ia menambahkan, pencarian dan observasi masih terus dilakukan di area yang diprediksi menjadi lokasi keberadaan satwa tersebut. Pencarian saat ini melibatkan pemerhati macan tutul serta pihak dari Taman Nasional Ujung Kulon.
“Sekarang kita terus observasi ke arah situ. Untuk memastikan, teman-teman sejak dua hari terakhir sudah melakukan pengecekan di sana, karena memang wilayah itu habitatnya,” kata Agus.
Sebelumnya, Lembang Park and Zoo membenarkan adanya seekor macan tutul yang kabur dari kandang karantina.
Baca juga: BBKSDA pastikan macan yang lepas masih berada di kawasan Lembang Zoo
Satwa tersebut merupakan hasil penyelamatan BBKSDA Jabar dari Kabupaten Kuningan pada Selasa (26/8) untuk menjalani observasi kesehatan sebelum dilepasliarkan ke Taman Nasional Gunung Cikuray.
Namun, pada Kamis (28/8), satwa itu kabur setelah menjebol atap kandang karantina. Sejak saat itu, tim gabungan yang terdiri atas BBKSDA Jabar, TNI, kepolisian, hingga pihak Lembang Park and Zoo terus melakukan pencarian.
Baca juga: BBKSDA gunakan drone thermal untuk cari macan tutul lepas di Lembang
Pewarta: Rubby Jovan Primananda
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.