Liputan6.com, Jakarta Empat laga perdana AC Milan di Serie A musim ini memperlihatkan konsistensi luar biasa dari Luka Modric. Meski sudah berusia 40 tahun, gelandang asal Kroasia itu tetap mampu tampil dominan di lini tengah Rossoneri. Kehadirannya membuat Milan terlihat lebih tenang dan terkontrol dalam setiap pertandingan.
Performa Modric tercermin jelas dari catatan ratingnya di FotMob. Saat Milan kalah 1-2 dari Cremonese, Modric tetap mendapatkan nilai 7,6 berkat kontribusinya di lapangan. Seiring waktu, penampilannya semakin tajam, termasuk saat menang 2-0 atas Lecce di mana ia meraih rating 8,1.
Pada laga kontra Bologna yang berakhir 1-0 untuk Milan, Modric kembali menjadi pusat permainan. Rating 8,7 yang ia terima membuktikan bahwa ia masih bisa bersaing di level tertinggi. Bahkan ketika Rossoneri menang 3-0 atas Udinese, Modric tetap konsisten dengan rating 7,7.
Stabilitas itu membuat Milan semakin yakin bahwa mendatangkan Modric adalah keputusan tepat. Bukan hanya soal pengalaman, tetapi juga pengaruh besarnya dalam menjaga ritme permainan tim.
Capello: Modric Jawaban Milan untuk De Bruyne
Legenda Italia, Fabio Capello, ikut angkat bicara mengenai kiprah Modric bersama AC Milan. Ia melihat keberhasilan Modric menyesuaikan diri di Serie A sebagai bukti kualitasnya yang tak lekang oleh waktu.
Menurut Capello, Milan tak perlu iri dengan langkah Napoli yang mendatangkan Kevin De Bruyne. Pasalnya, kehadiran Modric dianggap sudah memberikan dampak yang setara untuk Rossoneri.
"Ia menunjukkan kepada semua orang seperti apa dirinyaa. Ia adalah jawaban Milan untuk Kevin De Bruyne," cetus Capello kepada La Gazzetta dello Sport.
Modric Diuntungkan Tempo Serie A
Performa impresif Modric juga diyakini tidak lepas dari karakteristik sepak bola Italia. Tempo permainan Serie A yang lebih lambat dibanding liga lain membuatnya lebih leluasa mengatur ritme.
Gelandang Kroasia itu terbiasa memainkan bola dengan visi dan akurasi tinggi. Dalam sistem yang tidak terburu-buru, Modric bisa memaksimalkan kualitas passing serta kontrol permainan.
Situasi ini berbeda dengan Premier League atau La Liga, yang menuntut intensitas fisik lebih besar. Di Italia, pengaruh Modric justru semakin terasa karena tempo permainan memberinya ruang untuk berpikir.
"Tentu saja, di Italia mereka bermain dengan tempo yang jauh lebih lambat daripada di liga lain. Itulah mengapa Luka berhasil menonjol. Di sini mereka bergerak dengan tempo yang lebih lambat, tetapi itu tidak mengurangi sedikit pun dari sosok juaranya," tutur Capello.
(Gazzetta dello Sport)