SEKRETARIS Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Fahriza Marta Tanjung mengkritik pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenai gaji guru dan dosen. Sri Mulyani sebelumnya bilang gaji guru dan dosen yang rendah tantangan keuangan negara. Dia kemudian bertanya gaji guru apakah harus dibebankan kepada keuangan negara atau bisa melibatkan masyarakat.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Fahriza mengatakan Sri Mulyani seolah-olah menekankan pemerintah sudah mengerahkan segala cara dan maksimal dalam upaya meningkatkan kesejahteraan guru. Padahal masih banyak yang belum dijalankan pemerintah.
"Amanah untuk meningkatkan kesejahteraan guru sesuai dengan UU Guru dan Dosen masih banyak yang belum dijalankan oleh Pemerintah, walaupun UU tersebut sudah berusia 20 tahun," kata dia dalam keterangan resmi pada Kamis, 21 Agustus 2025.
Fahriza mencontohkan mengenai honor guru. Masih banyak guru yang digaji di bawah upah minimum kabupaten/kota. Bahkan ada yang digaji Rp 200 ribu-300 ribu per bulan. Masih banyak pula guru-guru yang belum tersertifikasi, bahkan belum menerima tunjangan profesi guru walau sudah punya sertifikat pendidik.
"Belum lagi bicara jaminan sosial dan jaminan kesehatan bagi guru. Termasuk juga kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi putra-putri guru," ujar dia.
FSGI, kata dia, juga menyesalkan pernyataan Sri Mulyani yang seolah-olah merendahkan dan meremehkan peran partisipasi masyarakat yang masih minim. Memang tidak ada data yang resmi, tetapi jika tanpa partisipasi masyarakat, khususnya perguruan swasta, maka pendidikan di Indonesia akan mandek.
"Jika pendidikan mandek, maka pembangunan di Indonesia akan mandek dan Indonesia diambang kehnacuran menjadi negara gagal," kata dia.
Fahriza melihat Sri Mulyani sudah kehilangan akal untuk mengusahakan peningkatan kesejahteraan guru. Apalagi dia sudah menjabat sebagai menteri keuangan lebih dari 13 tahun pada tiga periode presiden yang berbeda. FSGI berharap, ada baiknya jika memang tidak sanggup lagi, pemerintah segera kibarkan bendera putih atau menyerah.
Sri Mulyani sebelumnya mengomentari permasalahan gaji guru dan dosen yang kerap kali ramai diperbincangkan di media sosial. Menurut dia, persoalan gaji tenaga pendidik yang rendah menjadi tantangan bagi keuangan negara.
“Banyak di media sosial, saya selalu mengatakan, menjadi dosen atau menjadi guru tidak dihargai karena gajinya enggak besar. Ini juga salah satu tantangan bagi keuangan negara,” kata Sri Mulyani dalam acara Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia, yang disiarkan YouTube Institut Teknologi Bandung (ITB), Kamis, 9 Agustus 2025.
Dia kemudian menuturkan bahwa masalah gaji guru dan dosen yang rendah menimbulkan pertanyaan. “Apakah semuanya harus dari keuangan negara ataukah ada partisipasi dari masyarakat?” ucap Sri Mulyani. Kendati begitu, dia tak menjelaskan partisipasi masyarakat yang dimaksud.