Sistem Patriarki jadi Penyebab Perempuan Sulit Dapat Kedudukan Setara

1 week ago 4
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Sistem Patriarki jadi Penyebab Perempuan Sulit Dapat Kedudukan Setara Pakar hukum pemilu Universitas Indonesia, Titi Anggraini(Dok.MI)

Pakar hukum pemilu Universitas Indonesia, Titi Anggraini, menilai rendahnya keterwakilan perempuan di alat kelengkapan dewan (AKD) bukan semata karena jumlah anggota DPR perempuan yang belum mencapai 30%, tetapi lebih disebabkan oleh cara pandang dan sistem kekuasaan internal partai politik yang belum setara.

“Masalahnya bukan hanya pada kuantitas perempuan di parlemen, tetapi pada cara pandang elit partai terhadap posisi politik perempuan. Dalam banyak kasus, perempuan ditempatkan hanya sebagai simbol, bukan bagian dari pengambil keputusan strategis,” ujar Titi saat dihubungi, Rabu (5/11).

Menurut Titi, mekanisme penentuan siapa yang duduk di AKD baik di komisi maupun badan-badan DPR sangat bergantung pada keputusan fraksi dan elite partai. Kondisi ini membuat peluang perempuan untuk menduduki posisi penting, seperti di Komisi I, II, atau XI, menjadi sangat terbatas.

“Ini bukan soal kemampuan, tetapi soal akses dan kepercayaan politik yang belum diberikan secara adil. Banyak perempuan yang punya kapasitas dan integritas tinggi, tapi tersingkir karena struktur kekuasaan yang patriarkis,” tegasnya.

Titi juga menyoroti pentingnya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 169/PUU-XXII/2024, yang menurutnya menjadi tonggak koreksi terhadap ketimpangan representasi perempuan di parlemen. Ia menjelaskan, MK menegaskan bahwa keterwakilan perempuan merupakan perintah konstitusi, bukan sekadar kebijakan sukarela.

“Mahkamah menegaskan bahwa keterwakilan perempuan bukan ‘kewajaran politik’, tapi kewajiban konstitusional. Parlemen tidak bisa lagi menganggap representasi perempuan sebagai bentuk kompromi, melainkan harus diwujudkan secara sistematis dan berkeadilan,” papar Titi.

Menanggapi pandangan yang menyebut perempuan tidak boleh ‘dipaksakan’ mengisi AKD tanpa memperhatikan kemampuan, Titi menyebut pandangan itu keliru dan bias gender.

“Tidak ada bukti bahwa laki-laki selalu lebih kompeten dari perempuan. Justru banyak perempuan yang ahli di bidang kebijakan publik dan ekonomi, tetapi kesempatan mereka dibatasi oleh sistem yang tidak inklusif,” ujarnya.

Ia menegaskan, keterwakilan perempuan di AKD bukan semata urusan ‘pembagian kursi’ melainkan bagian dari keadilan substantif dalam proses politik. Kehadiran perempuan, kata Titi, dapat memperkaya perspektif dan memastikan kebijakan DPR lebih berpihak pada kepentingan masyarakat luas.

“Tanpa perempuan di ruang pengambilan keputusan, isu-isu penting yang berdampak pada masyarakat rentan sering kali diabaikan. Jadi ini bukan soal kuota, tapi soal keadilan politik,” ucapnya.

Pasca putusan MK, Titi mendorong adanya komitmen nyata dari fraksi dan pimpinan DPR untuk membuka ruang setara bagi perempuan di seluruh alat kelengkapan dewan.

“Dengan kemauan politik yang sungguh-sungguh, keterwakilan perempuan di setiap AKD bisa diwujudkan tanpa menurunkan standar kompetensi. Yang perlu dibenahi bukan kualitas perempuan, tapi sistem dan kultur politik yang masih eksklusif,” pungkasnya. (Dev/P-1) 

Read Entire Article