ANGGOTA Dewan Perwakilan Rakyat dari fraksi PDIP Aria Bima mengatakan masyarakat berhak melakukan demonstrasi karena keberatan dengan besarnya nilai tunjangan untuk DPR. Aria Bima mengatakan bahwa demonstrasi adalah cara masyarakat menyampaikan aspirasi.
Ia bahkan mempersilakan masyarakat untuk turun ke jalan bila keberatan dengan jumlah pendapatan anggota DPR. "Didemo enggak apa-apa, biasa. Harus didemo kalau perlu," ujarnya ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta, pada Senin, 25 Agustus 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Belakangan, pendapatan anggota DPR mendapat sorotan usai terungkap bahwa mereka mendapat tunjangan rumah senilai Rp 50 juta per bulan. Bila digabung dengan gaji pokok dan tunjangan lain, penghasilan anggota legislatif ditaksir melebihi Rp 100 juta per bulan.
Hal itulah yang melatarbelakangi ratusan orang mengepung gerbang depan pintu masuk DPR pagi ini. Bima sendiri enggan menjelaskan rincian pemasukannya sebagai anggota dewan. Ia menyarankan untuk meminta transparansi penghasilannya kepada posko pemenangannya di Bale Rakyat Aria Bima di Solo, Jawa Tengah.
Aria Bima meminta agar publik tidak hanya memperhitungkan pemasukannya, tetapi juga pengeluarannya per bulan. Tanpa menyebut satu pun angka, ia mengatakan bahwa pendapatannya sebagai anggota DPR dialokasikan untuk banyak hal termasuk keperluan daerah pemilihan.
"Tanya saja ke Bale Rakyat Aria Bima. Pengeluarannya untuk mengurus konstituen. Untuk mobil ambulan berapa? Untuk mobil tangki air berapa? Sanggar kawitannya berapa? Sanggar tarinya berapa? Kamu harus survei," tutur dia.
Salah satu pemicu demonstrasi hari ini ditengarai lantaran kenaikan pendapatan anggota DPR periode 2024-2029 yang signifikan. Masyarakat mempertanyakan besarnya pendapatan anggota DPR, padahal kinerjanya selama ini dinilai minim.
Kemarahan masyarakat menjadi-jadi ketika sejumlah anggota DPR justru tidak mengindahkan aspirasi tersebut. Belakangan juga muncul wacana membubarkan DPR yang digulirkan masyarakat.
Aksi demonstrasi di depang gedung DPR mulai ricuh pada siang hari. Sejumlah demonstran yang mengikuti aksi bertajuk "Revolusi Rakyat Indonesia" di depan gedung DPR itu terlibat bentrok dengan aparat keamanan.
Kericuhan sempat timbul setelah polisi menembakkan gas air mata ke arah pengunjuk rasa yang merangsek maju ke depan gedung parlemen. Setelah polisi menembakkan gas air mata, demonstran berlarian untuk menghindar. Beberapa di antara mereka tampak melompati pembatas jalan dan memasuki jalan tol di depan gedung DPR.
Polisi kemudian memukul mundur massa hingga ke ke arah Jalan Gerbang Pemuda yang ada di sisi timur kompleks parlemen. Barikade polisi terus merangsek maju untuk menghalau demonstran.
Setelah beberapa saat, barisan polisi yang membawa tameng kembali mundur ke depan Gedung MPR/DPR/DPD. Massa pun kembali melakukan aksi di depan pagar kawasan parlemen. Hingga berita ini ditulis, massa masih terus berdatangan baik secara sendiri-sendiri maupun berkelompok.