
KEMENTERIAN Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) sedang mengkaji skema Rent to Own (RTO) atau sewa-beli untuk mendukung program pembangunan 3 juta rumah, dengan fokus utama pada penyediaan pembiayaan bagi pekerja informal. Pembahasan untuk mematangkan skema ini akan dilakukan oleh tim kelompok kerja (Pokja) yang akan segera dibentuk.
Menteri PKP, Maruarar Sirait menyatakan bahwa pihaknya sedang mengkaji skema Rent to Own bersama berbagai pihak terkait, termasuk perbankan, asosiasi developer properti, dan regulator lainnya.
“Kementerian PKP mendukung skema pembiayaan ini karena dapat menjadi solusi untuk kemudahan kepemilikan rumah. Tetapi ini belum final, karena baru konsepsi awal dan masih terus digodok. Saya rasa (Rent to Own) dua kali meeting lagi selesai,” ujar Maruarar belum lama ini.
President Director MilikiRumah, perusahaan rintisan yang bergerak di bidang social property technology (proptech) dan financial technology (fintech), Marine Novita, mengatakan bahwa MilikiRumah sangat mendukung penyusunan regulasi skema Rent to Own. Menurutnya, skema ini menjadi solusi percepatan kepemilikan rumah di Indonesia.
"Mengingat 60% angkatan kerja di Indonesia bekerja di sektor informal dengan pendapatan yang tidak tetap, yang membuat mereka kesulitan mengakses pembiayaan perumahan seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR)," kata Marine.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa sekitar 16 juta nasabah di Indonesia terlibat dalam pinjaman online (pinjol), dengan tingkat kredit macet (Non-Performing Loan, NPL) yang terus meningkat. Kondisi ini menyebabkan banyak calon pembeli rumah tidak dapat melanjutkan proses pembelian rumah mereka melalui KPR.
"Situasi ini menyebabkan semakin banyak calon konsumen yang tidak bisa melanjutkan proses pembelian rumahnya melalui KPR. Sejumlah developer mengungkapkan calon pembeli yang terkendala seperti ini mencapai dua pertiga dari total prospek yang masuk," ungkap Marine.
Solusi Percepatan Kepemilikan Rumah
Sebagai respons terhadap tantangan ini, MilikiRumah bersama pengembang perumahan dan lembaga keuangan mengembangkan ekosistem Rent to Own untuk memberi kesempatan lebih banyak calon pembeli rumah, termasuk mereka yang belum bisa mendapatkan akses ke KPR. Melalui program Rent to Own yang disebut Pra KPR, calon pembeli dapat membangun riwayat kemampuan pembayaran atau Repayment Capacity (RPC) mereka secara bertahap, sambil memperbaiki kondisi keuangan pribadi atau usaha (bagi UMKM) dengan pendampingan dari MilikiRumah.
"Melalui Rent to Own, kami memberi kesempatan kepada mereka yang sebelumnya terhalang oleh kendala finansial untuk memperbaiki profil kredit mereka. Proses ini akan meningkatkan kesempatan mereka untuk lolos ke KPR, karena kami menggunakan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) untuk menganalisis data dengan lebih cepat dan akurat," kata Marine.
Saat ini, lanjut dia, sebanyak 29 proyek hunian dari 15 pengembang terkemuka di wilayah Jabodetabek telah mengadopsi teknologi AI yang dikembangkan MilikiRumah untuk memproses data calon pembeli dengan lebih cepat, lebih akurat, dan responsif. Teknologi ini memungkinkan pengembang dan lembaga keuangan untuk memverifikasi kemampuan calon pembeli secara lebih efisien, mempercepat proses persetujuan KPR.
MilikiRumah juga telah menjalin kemitraan dengan Bank Tabungan Negara (BTN) untuk program Rent to Own. Setelah calon pembeli dapat membuktikan kelancaran pembayaran selama satu tahun, mereka akan "lulus" menjadi nasabah KPR BTN.
"Kami berharap kemitraan ini dapat membantu lebih banyak masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki akses ke KPR, untuk memiliki kesempatan membeli rumah," ujar Marine.
Selain itu, MilikiRumah tengah mengembangkan pendanaan alternatif untuk skema Rent to Own melalui RTO Fund, yang tidak hanya memberikan alternatif pembiayaan, tetapi juga menawarkan imbal balik menarik bagi para investor.
“Dengan adanya RTO Fund, kami berharap bisa menarik lebih banyak investor untuk terlibat dalam pengembangan sektor perumahan yang terjangkau bagi masyarakat Indonesia,” tambah Marine.
Marine Novita juga menegaskan bahwa MilikiRumah siap mendukung pemerintah untuk mencapai target penyaluran 350.000 unit rumah subsidi FLPP pada tahun 2025, serta program 3 juta rumah yang merupakan bagian dari upaya besar pemerintah dalam menyediakan perumahan bagi seluruh lapisan masyarakat.
“Kami di MilikiRumah melalui program Pra KPR siap membantu pemerintah dalam menyediakan akses perumahan bagi segmen underbanked yang jumlahnya sangat besar,” jelasnya.
Dukungan Pengembang dan Konsumen
Teknologi AI dan produk SaaS (Software as a Service) dari MilikiRumah telah membantu banyak pengembang dalam mempercepat proses pengecekan latar belakang dan profil calon konsumen. President Director Easton Urban Capital, William Liusudarso, mengaku bahwa produk SaaS MilikiRumah membantu tim sales untuk memahami lebih baik kebutuhan dan kondisi konsumen, sehingga upaya penjualan menjadi lebih fokus dan akurat.
“Dengan alat ini, kami dapat melayani konsumen dengan lebih responsif dan cepat,” ungkap William.
Direktur Sakura Land, David Sulistyo, menambahkan bahwa teknologi AI dari MilikiRumah memudahkan pengembang untuk melayani konsumen lebih baik. “Proses pengajuan KPR menjadi lebih sederhana dan efisien,” ujarnya.
Para konsumen Pra KPR, seperti Nabila (23), seorang pengusaha klinik, juga merasakan manfaat dari program ini. "MilikiRumah menawarkan solusi agar saya dapat segera memiliki rumah meskipun status saya sebagai mahasiswa dan pemilik usaha kecil. Saya mendapatkan pendampingan untuk memperbaiki kondisi keuangan saya dan usaha keluarga,” kata Nabila yang sedang mengikuti program Pra KPR. (Z-10)