Jakarta (ANTARA) - Setiap tanggal 10 Oktober, dunia memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia sebuah momen penting untuk mengingatkan kita bahwa kesehatan bukan hanya soal fisik, tapi juga kesejahteraan pikiran dan perasaan.
Di tengah rutinitas yang padat dan tekanan hidup yang tak jarang menguras emosi, menjaga kesehatan mental menjadi hal yang semakin relevan. Peringatan ini bukan sekadar seremonial, melainkan ajakan agar setiap orang lebih peduli terhadap kondisi mental diri sendiri dan orang lain. Melalui tema yang diusung setiap tahunnya,
Berikut ini adalah makna dan tema Hari Kesehatan Mental Sedunia berdasarkan informasi yang telah dihimpun dari berbagai sumber.
Makna dan tujuan Hari Kesehatan Mental Sedunia
1. Meningkatkan kesadaran
Hari Kesehatan Mental Sedunia menjadi momen penting untuk membuka ruang dialog publik mengenai arti sebenarnya dari kesehatan mental. Melalui peringatan ini, masyarakat diajak memahami bahwa gangguan mental bukanlah sesuatu yang harus disembunyikan. Tujuannya adalah untuk menghapus stigma negatif sekaligus menumbuhkan empati dan pemahaman yang lebih luas terhadap isu ini.
Baca juga: Cara sederhana & bermakna merayakan Hari Kesehatan Mental Sedunia 2025
2. Menjadi wadah advokasi
Di banyak negara, Hari Kesehatan Mental Sedunia dijadikan kesempatan bagi organisasi dan individu untuk menggelar berbagai kegiatan, seperti kampanye, seminar, lokakarya, hingga program edukasi publik. Semua upaya tersebut bertujuan agar isu kesehatan mental tetap menjadi perhatian bersama dan tidak tenggelam di tengah berbagai isu sosial lainnya.
3. Memobilisasi aksi dan kebijakan
Peringatan ini juga mendorong berbagai pihak mulai dari pemerintah, lembaga kesehatan, hingga komunitas untuk mengambil langkah nyata. Dukungan dapat berupa peningkatan investasi, perluasan akses layanan, serta penguatan sistem kesehatan mental agar lebih inklusif dan mudah dijangkau oleh masyarakat.
4. Menguatkan solidaritas dan empati
Peringatan ini mengingatkan kita bahwa setiap orang bisa saja menghadapi tantangan mental, baik ringan maupun berat. Dengan saling mendengarkan dan tidak menghakimi, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih suportif dan penuh empati. Hari ini menjadi momentum untuk menumbuhkan rasa kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama, terutama bagi mereka yang sedang berjuang dalam diam.
Baca juga: Dampak buruk overthinking bagi kesehatan mental dan kualitas tidur
5. Mengingatkan pentingnya menjaga diri sendiri
Selain menyoroti isu sosial dan kebijakan, Hari Kesehatan Mental Sedunia juga menjadi pengingat bagi setiap individu untuk memberi perhatian lebih pada diri sendiri. Menjaga keseimbangan antara pekerjaan, istirahat, dan waktu pribadi adalah bagian dari upaya menjaga kesehatan mental. Momen ini bisa menjadi refleksi untuk lebih mengenali diri, menetapkan batas, dan mencari bantuan profesional bila diperlukan.
Secara keseluruhan, peringatan ini berfungsi sebagai panggung global untuk meningkatkan kesadaran, mengurangi stigma sosial, dan memperkuat komitmen dalam mendukung kesehatan mental di seluruh dunia.
Selain itu, momen ini juga menjadi kesempatan bagi para profesional dan organisasi kesehatan mental untuk berbagi pengalaman, menunjukkan kontribusi mereka, serta mendorong perubahan kebijakan yang lebih berpihak pada kesejahteraan psikologis masyarakat.
Baca juga: 11 tips rileks dan istirahatkan mental yang bisa dilakukan tiap hari
Tema Hari Mental Sedunia tahun 2025
Tema Hari Kesehatan Mental Sedunia 2025 mengusung topik “Access to Services – Mental Health in Catastrophes and Emergencies” atau dalam bahasa Indonesia berarti akses layanan kesehatan mental di masa bencana dan keadaan darurat.
Fokus utama dari tema ini adalah memastikan bahwa setiap individu yang terdampak oleh bencana alam, konflik, atau situasi darurat lainnya tetap memiliki akses terhadap layanan kesehatan mental dan dukungan psikososial.
Dalam kondisi seperti gempa bumi, banjir, peperangan, maupun pandemi, banyak orang mengalami tekanan psikologis, stres berat, trauma, hingga kehilangan, yang dapat memicu atau memperburuk gangguan mental.
Melalui tema ini, dunia diingatkan bahwa layanan kesehatan mental tidak boleh dipandang sebagai hal sekunder. Justru, dukungan psikologis harus menjadi bagian penting dari setiap upaya tanggap darurat dan bantuan kemanusiaan, agar penyembuhan tidak hanya menyentuh fisik, tetapi juga kesejahteraan batin para penyintas.
Baca juga: Kemenkes: Jakarta kemungkinan tertinggi gejala depresi-kecemasan
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.