
TIONGKOK mengumumkan kebijakan baru yang memperluas kontrol ekspor unsur tanah jarang atau logam langka, kemarin. Langkah ini diambil untuk memperketat akses global terhadap bahan penting untuk cip komputer, teknologi pertahanan, dan produk berteknologi tinggi.
Kebijakan itu muncul menjelang pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada akhir bulan ini di tengah meningkatnya ketegangan dagang kedua negara. Kementerian Perdagangan Tiongkok menyatakan aturan baru tersebut merupakan penyempurnaan dari kebijakan yang dirilis pada April lalu.
Langkah itu memperlihatkan Beijing menggunakan dominasinya atas rantai pasokan unsur langka sebagai alat pengaruh strategis dalam menghadapi tekanan ekonomi dari Washington. "Arahan baru ini merupakan upaya yang jelas untuk melemahkan pengembangan industri Amerika Serikat dan sekutunya," ujar Gracelin Baskaran, Direktur Program Keamanan Mineral Kritis di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) Washington, dikutip The Washington Post, kemarin.
"Xi mengisyaratkan kesiapan untuk menggunakan paksaan ekonomi sebagai alat untuk memperkuat keamanan nasional dan basis industri pertahanan Tiongkok," tambahnya.
Produk penting
Tiongkok mendominasi pertambangan dan pengolahan unsur langka global, sekelompok unsur yang dibutuhkan untuk memproduksi beragam produk penting seperti laptop, jet tempur, dan peralatan medis. Menanggapi serangan tarif Trump yang dimulai musim dingin ini, Beijing memberlakukan kontrol ketat terhadap ekspor unsur langka pada April, tetapi kemudian setuju untuk mempercepat proses ekspor pada Juni setelah negosiasi.
Kebijakan baru itu akan mewajibkan entitas asing yang mengekspor produk, bahkan dengan jumlah kecil unsur langka tertentu yang berasal dari Tiongkok, untuk mengajukan izin ekspor serta dibuat menggunakan beberapa teknologi pengolahan unsur langka Tiongkok. Persetujuan Beijing juga akan diperlukan untuk teknologi yang terkait dengan penambangan dan peleburan unsur langka serta pemeliharaan dan peningkatan peralatan tersebut.
Trump dan Xi dijadwalkan bertemu langsung di Korea Selatan dalam forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) akhir bulan ini. Pertemuan tersebut akan menjadi pertemuan pertama setelah keduanya sempat berbicara lewat sambungan telepon bulan lalu.
Posisi dominan
Sebagai produsen utama unsur langka dunia, Tiongkok memegang posisi dominan dalam rantai pasokan global. Setelah Trump memberlakukan tarif baru musim dingin lalu, Beijing merespons dengan memperketat ekspor unsur langka pada April, sebelum kembali melonggarkan aturan pada Juni.
Dalam kebijakan terbaru, entitas asing yang mengekspor produk dengan kandungan unsur langka asal Tiongkok wajib mengajukan izin ekspor. Beijing juga menuntut persetujuan untuk produk atau teknologi yang menggunakan proses pemrosesan unsur langka buatan Tiongkok, termasuk teknologi penambangan, peleburan, dan perawatan peralatannya.
Beberapa aturan diberlakukan segera, sementara ketentuan lain mulai berlaku pada 1 Desember. Pemerintah Tiongkok menegaskan setiap permohonan penggunaan unsur langka untuk keperluan militer akan otomatis ditolak.
Profesor hukum di Singapore Management University, Henry Gao, menyebut kebijakan ini memiliki efek ekstrateritorial karena menjangkau perusahaan asing yang menggunakan komponen atau teknologi unsur langka dari Tiongkok. Ia menilai langkah ini mencerminkan pola kebijakan kontrol ekspor AS terhadap cip dan semikonduktor yang juga berdampak global.
Perang dagang
Langkah terbaru Beijing datang di tengah perang dagang yang belum sepenuhnya mereda. Setelah gencatan sementara pada Mei, kedua negara kembali melakukan aksi saling tekan, termasuk kontrol ekspor teknologi dan boikot sektor tertentu.
Washington bahkan menambahkan sejumlah perusahaan Tiongkok ke daftar hitam ekspor karena dugaan keterlibatan dalam penjualan komponen drone kepada kelompok bersenjata seperti Houthi dan Hamas. Sebagai respons, Kementerian Perdagangan Tiongkok juga memasukkan lebih dari selusin perusahaan asing ke daftar hitam perdagangan, termasuk perusahaan keamanan siber Recorded Future dan lembaga riset semikonduktor TechInsights.
Kebijakan baru ini menyoroti perhatian Xi terhadap pemanfaatan unsur langka untuk industri pertahanan. "Yang perlu diperhatikan dari langkah ini merupakan fokusnya pada basis industri militer, bukan ekonomi secara keseluruhan," ujar Baskaran. Ia menilai meningkatnya proteksionisme bahan strategis ini sejalan dengan memanasnya situasi di Indo-Pasifik.
Sementara itu, seorang pakar perdagangan di Beijing mengatakan bahwa kebijakan ini ditujukan untuk meminimalkan gangguan terhadap perdagangan internasional yang normal sekaligus menjaga keamanan nasional Tiongkok. Pengecualian tetap diberikan untuk bantuan kemanusiaan, seperti pengiriman material tanggap bencana.
Diversifikasi produk
Peneliti di Universitas Renmin Beijing, Liu Ying, menambahkan bahwa langkah ini merupakan bagian dari upaya Tiongkok menyesuaikan sistem kontrol ekspor dengan standar global.
"Ini mencerminkan tanggung jawab Tiongkok sebagai kekuatan besar. Kami tidak ingin unsur langka digunakan dalam senjata atau dengan cara yang merugikan pihak lain," ujarnya.
Namun, kartu as unsur langka Beijing mungkin tidak akan bertahan selamanya. Setelah pembatasan pada April memicu kekhawatiran di sektor swasta dan pemerintah AS, Washington berlomba-lomba membangun kapasitas pemrosesan unsur langka di tempat-tempat seperti Oklahoma.
Gao menilai pembatasan yang terlalu ketat justru dapat mempercepat upaya AS dan sekutunya untuk mendiversifikasi pasokan bahan mentah penting. "Dalam jangka panjang, pembatasan ini mungkin justru melemahkan posisi strategis Tiongkok," pungkasnya. (I-2)