
Dilophosaurus kerap digambarkan sebagai dinosaurus penyembur racun dalam film populer Jurassic Park (1990). Dalam adegan ikonik, makhluk ini digambarkan mampu menyemprotkan racun dari balik jambul lehernya. Namun, fakta ilmiah menunjukkan gambaran tersebut tidak benar.
Berikut 10 fakta menarik tentang Dilophosaurus yang sering disalahpahami publik:
1. Tidak Menyemburkan Racun
Pada film Jurassic Park ada adegan saat Dilophosaurus menyemprotkan racun. Faktanya, tidak ada bukti ilmiah bahwa Dilophosaurus beracun.
Pernah muncul spekulasi tentang dinosaurus berbulu bernama Sinornithosaurus yang dianggap memiliki 'kantung racun'. Namun penelitian lanjutan menunjukkan struktur tersebut hanya gigi yang bergeser dari posisinya. Bukanlah organ penghasil racun.
2. Tidak Memiliki Jambul Leher yang Dapat Mengembang
Dalam film Jurassic Park juga terdapat jambul leher yang dapat mengembang pada Dilophosaurus. Tetapi tidak ada bukti bahwa Dilophosaurus memiliki struktur kulit semacam itu.
Namun, karena jaringan lunak seperti kulit jarang terawetkan dalam fosil, ilmuwan masih membuka kemungkinan. Meski sangat kecil bahwa kemampuan tersebut bisa saja pernah ada.
3. Ukurannya Lebih Besar dari Anjing
Dalam film, Dilophosaurus digambarkan seukuran anjing besar. Padahal, ukuran aslinya jauh lebih besar. Dinosaurus ini bisa mencapai panjang sekitar 6 meter dari kepala hingga ekor. Beratnya sekitar 450 kilogram, bahkan lebih berat dari beruang besar masa kini.
4. Dinamai Berdasarkan Jambul di Kepalanya
Ciri fisik paling khas dari Dilophosaurus adalah sepasang jambul di bagian atas tengkoraknya. Hingga kini, fungsi jambul tersebut masih menjadi perdebatan. Sebagian besar ilmuwan berpendapat jambul itu digunakan untuk menarik perhatian pasangan.
5. Hidup pada Awal Periode Jurassic
Dilophosaurus hidup pada awal periode Jurassic, sekitar 190–200 juta tahun yang lalu. Periode ini tergolong awal dalam sejarah dinosaurus, dan catatan fosilnya pun tidak sebanyak periode berikutnya.
Kehadiran Dilophosaurus di Amerika Utara menunjukkan bahwa ia merupakan keturunan relatif muda dari dinosaurus pertama yang berevolusi di Amerika Selatan pada masa Trias, sekitar 230 juta tahun lalu.
6. Klasifikasi yang Masih Diperdebatkan
Hingga kini, klasifikasi ilmiah Dilophosaurus masih menjadi perdebatan bagi paleontolog. Di masa awal penelitiannya, dinosaurus ini sering dibandingkan dengan berbagai theropoda kecil hingga menengah dari awal periode Jura.
Sebagian ilmuwan mengelompokkan Dilophosaurus sebagai bagian dari Ceratosauria. Sementara yang lain menganggapnya kerabat dekat dari Coelophysis. Bahkan ada pendapat yang menyatakan bahwa spesies yang paling mirip dengan Dilophosaurus adalah Cryolophosaurus dari Antartika.
7. Bukan Satu-Satunya 'Lophosaurus'
Dilophosaurus bukan satu-satunya dinosaurus yang memiliki nama dengan akhiran -lophosaurus. Ada Monolophosaurus, yang hidup di Asia pada akhir periode Jura dan Trilophosaurus dari periode Trias.
8. Diduga Berdarah Panas
Beberapa ahli meyakini bahwa theropoda seperti Dilophosaurus memiliki metabolisme berdarah panas (endoterm). Banyak dinosaurus pemakan daging dari masa Kapur diketahui berbulu.
Meski begitu, karena Dilophosaurus hidup pada periode Jura awal, keberadaan dinosaurus berbulu saat itu masih dianggap sangat jarang.
9. Memiliki Kaki yang Kuat
Penelitian pada tahun 2001 terhadap 60 fragmen tulang kaki Dilophosaurus menunjukkan struktur kaki yang kuat. Tidak ditemukan tanda retakan akibat tekanan berat. Temuan ini menunjukkan Dilophosaurus termasuk dinosaurus pemangsa yang gesit dan ringan saat berburu.
10. Pernah Dikelompokkan Sebagai Megalosaurus
Fosil Dilophosaurus sempat dimasukkan ke dalam kelompok Megalosaurus. Nama yang dulunya digunakan secara umum untuk hampir semua theropoda berukuran sedang.
Pada tahun 1970, seorang ahli paleontologi akhirnya menetapkan nama baru, Dilophosaurus, untuk membedakannya dari spesies Megalosaurus lainnya. (ThoughtCo/P-4)