Liputan6.com, Jakarta - Ancaman kebocoran data di dark web menjadi perhatian serius di Indonesia menyusul laporan dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang mencatat lebih dari 56 juta data terekspos sepanjang 2024.
Merespons urgensi tersebut, PT Prosperita Sistem Indonesia (PSI) secara resmi meluncurkan CSIRTradar, sebuah platform Cyber Threat Intelligence yang dirancang khusus untuk mendeteksi dan mencegah kerugian akibat insiden siber.
"CSIRTradar hadir untuk mengisi kebutuhan krusial di ekosistem keamanan siber Indonesia," ujar founder CSIRTradar, Yudhi Kukuh, dalam konferensi pers virtual via Zoom, Kamis (9/10/2025).
Ia menjelaskan platform ini fokus memberdayakan Tim Computer Security Incident Response Team (CSIRT) korporasi dengan kemampuan pemantauan dark web secara proaktif sekaligus memberikan peringatan dini terhadap kerentanan (vulnerability) siber yang muncul.
"Dengan gabungan dark web monitoring proaktif dan vulnerability alert yang akurat, perusahaan memberikan tim CSIRT kemampuan untuk melihat ancaman siber sebelum dieksploitasi, mengubah respons reaktif menjadi tindakan preventif yang terukur," ucap Yudhi menambahkan.
56 Juta Data Terekspos, Sektor Pemerintahan Mendominasi
Data menunjukkan betapa gentingnya situasi keamanan siber nasional. Laporan dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat 56.128.160 data dari 461 pemangku kepentingan di Indonesia terekspos ke dark web sepanjang tahun 2024.
Mayoritas data yang bocor didominasi sektor administrasi pemerintahan (58,34%), disusul sektor lain (30,14%), keuangan (3,58%), dan TIK (2,73%).
Angka masif ini menegaskan kebutuhan mendesak bagi organisasi di Indonesia untuk membangun mekanisme deteksi, peringatan, dan respons yang lebih kuat guna mencegah kerugian finansial dan reputasi.
Fokus Utama: Memburu Kredensial di Pasar Gelap Digital
Layanan CSIRTradar, yang tersedia dalam model berlangganan, memiliki dua kapabilitas utama: Dark Web Monitoring dan Vulnerability Alert.
Pada sisi Dark Web Monitoring, platform ini bekerja layaknya radar berteknologi tinggi yang terus memindai dark web serta pasar online ilegal lainnya.
Tujuannya adalah mendeteksi dan memberi peringatan dini saat informasi sensitif perusahaan atau individu, seperti kredensial login, data pribadi, atau kekayaan intelektual, mulai diperjualbelikan.
Metode pencarian terperincinya mencakup:
- Log Infostealer (malware pencuri informasi sensitif).
- Kebocoran kredensial email akibat kelalaian atau serangan eksternal seperti phishing.
- Kebocoran domain, company breach, serta diskusi dan transaksi di forum rahasia atau darknet marketplace.
Sementara itu, fitur Vulnerability Alert memberikan peringatan dini atas celah keamanan terbaru yang terdaftar di basis data umum seperti Common Vulnerabilities and Exposures (CVE) dan Open Source Vulnerabilities (OSV).
Upaya eksploitasi terhadap celah keamanan sendiri dilaporkan meningkat tajam pada semester I 2025.
Skor Risiko CVSS
CSIRTradar mengonsolidasikan data-data kerentanan tersebut, lalu menyajikannya dalam notifikasi yang lengkap dengan skor risiko CVSS (Common Vulnerability Scoring System) dan rekomendasi prioritas penanganan.
"Kami sudah melakukan klasifikasi berdasarkan kebutuhan pelanggan, untuk bisa memfilter banyak informasi atau data. Jadi, pelanggan hanya memberikan informasi yang dibutuhkan kepada kami," kata Yudhi.
Dalam era digital yang penuh ancaman siber, CSIRTradar diposisikan sebagai solusi proaktif untuk melindungi aset digital perusahaan dan membantu perusahaan memahami peta ancaman terkini.
"Dengan fitur seperti Dark Web Monitoring dan Vulnerability Alert, organisasi di Indonesia dapat mempertahankan kontrol atas informasi penting, mencegah penyalahgunaan, dan memastikan perlindungan menyeluruh terhadap merek dan sistem internal mereka," Yudhi memungkaskan.