Bank Indonesia (BI) meminta masyarakat tak khawatir dengan deflasi yang saat ini terjadi di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,12 persen secara bulanan pada September 2024. Ini melanjutkan tren deflasi yang telah terjadi selama lima bulan berturut-turut.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung, mengatakan inflasi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir cenderung stabil, dan berada dalam target BI 1,5 persen hingga 3,5 persen.
"Itu masih dalam range Bank Indonesia 2,5 persen plus-minus 1 persen. Jadi masih di dalam range target," kata Juda Agung kepada wartawan di Kantor Pusat BI, Rabu (2/10).
Juda menyebut kondisi deflasi yang terjadi belum menunjukkan adanya risiko signifikan terhadap pelemahan ekonomi. Menurutnya, stabilitas inflasi yang berada dalam target tersebut mencerminkan perekonomian masih berada dalam kendali dan tidak memerlukan langkah-langkah kebijakan yang drastis.
“Kami tidak melihat ini sebagai pelemahan yang berlebihan dari perekonomian,” ujar Juda.
Manajer Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Farisan Aufar, juga menegaskan pentingnya menjaga optimisme di tengah kondisi deflasi. Menurutnya, sinergi antara bauran kebijakan BI dan koordinasi dengan pemerintah menjadi faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Kami tetap mengedepankan pesan bahwa masyarakat harus tetap optimis. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah cukup baik dan akan tumbuh lebih baik lagi ke depan, terutama didorong oleh sinergi kebijakan antara Bank Indonesia dan pemerintah," kata Farisan beberapa waktu lalu.
Ia juga menekankan konsumsi rumah tangga memiliki peran besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tetap melakukan aktivitas belanja karena hal tersebut berkontribusi positif bagi ekonomi nasional.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia itu didorong oleh konsumsi rumah tangga. Jadi kami harap masyarakat lebih banyak spending, karena spending is helping di ekonomi,” tegasnya.