Liputan6.com, Jakarta- Olahraga saat ini tidak cuma sekadar aktivitas fisik, tetapi juga telah menjadi bagian dari identitas generasi muda Indonesia. Untuk memperingati Hari Olahraga Nasional (HAORNAS) 2025, KapanLagi Youniverse (KLY) menghadirkan rangkaian aktivasi spesial dengan semangat hidup sehat, aktif, dan inspiratif.
Dengan tema “Sports & Fitness are Now a Lifestyle Movement”, perayaan HAORNAS 2025 berlangsung sepanjang 4–31 September 2025 dan melibatkan platform unggulan KLY seperti Liputan6.com, KapanLagi.com, Fimela.com, Bola.com, dan Bola.net.
Berbagai aktivitas offline akan digelar bersama komunitas, mulai dari pilates, barre, yoga, zumba, hingga olahraga tren seperti padel dan badminton. Masyarakat yang ingin ikut serta dapat melakukan pendaftaran melalui tautan berikut: https://linktr.ee/FIMELAHOODFITNFUN
KLY optimistis, perayaan HAORNAS 2025 akan menjadi momentum untuk memperkuat semangat olahraga nasional sekaligus menginspirasi masyarakat luas untuk menjalani gaya hidup sehat.
Ikuti terus perkembangan seputar HAORNAS 2025 melalui situs resmi dan akun media sosial Liputan6.com, KapanLagi.com, Fimela.com, dan Bola.com.
Sejarah Haornas
Setiap tanggal 9 September, seluruh rakyat Indonesia memperingati Hari Olahraga Nasional atau yang dikenal dengan Haornas. Peringatan ini bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan sebuah refleksi dari perjalanan panjang bangsa dalam memajukan dunia olahraga.
Sejarah Haornas berawal dari semangat kemerdekaan dan keinginan kuat untuk mempromosikan persatuan melalui kebugaran fisik. Gagasan awal telah ada sejak tahun 1945, namun peristiwa penting pada tahun 1948 menjadi titik balik yang melahirkan pondasi peringatan ini.
Tanggal 9 September dipilih sebagai Haornas karena bertepatan dengan pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama di Surakarta pada tahun 1948. Penetapan resmi dilakukan pada tahun 1985 melalui Keputusan Presiden, menjadikannya tonggak penting dalam sejarah olahraga Indonesia.
Gagasan Soekarno hingga PON I
Gagasan awal mengenai perlunya perayaan kebugaran fisik di Indonesia telah diutarakan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1945. Beliau melihat potensi olahraga sebagai sarana untuk mempromosikan persatuan di tengah masyarakat yang beragam. Beberapa bulan setelahnya, pada Januari 1946, gagasan ini mulai terwujud dengan pembentukan Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) yang diketuai oleh Widodo Sastrodiningrat.
Pada tahun 1948, Indonesia berencana untuk mengikuti Olimpiade di London, Inggris. Namun, partisipasi Indonesia ditolak karena beberapa alasan krusial. Indonesia belum terdaftar sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan PORI belum menjadi anggota resmi Komite Olimpiade Internasional (IOC). Selain itu, pemerintah Inggris tidak mengakui paspor Indonesia, dan delegasi menolak menggunakan paspor Belanda.
Sebagai respons atas penolakan ini, Widodo Sastrodiningrat mengadakan konferensi darurat PORI pada 1 Mei 1948 di Solo. Dalam pertemuan bersejarah tersebut, tercetuslah ide untuk membuat Pekan Olahraga Nasional (PON) sebagai ajang kompetisi olahraga berskala nasional. Ide ini sebenarnya bukan hal baru, karena Ikatan Sport Indonesia (ISI) pernah menyelenggarakan ISI Sportweek pada tahun 1938.
PON pertama Indonesia akhirnya diselenggarakan di Kota Surakarta (Solo) pada tanggal 9 hingga 12 September 1948. Pembukaan PON I ini menjadi momen bersejarah yang diresmikan langsung oleh Presiden Soekarno di Stadion Sriwedari. Acara ini diikuti oleh sekitar 600 atlet yang bertanding dalam sembilan cabang olahraga, memperebutkan 108 medali.